Pernahkah sekali saja, Allah bosan
mendengar suara permohonan ampun hamba-Nya?
Pernahkah sekali saja, Allah tidak
menggubris air mata dalam taubat hamba-Nya?
Pernahkah sesaat saja, Allah
memejamkan matanya, tidak menghiraukan histeria penyesalan hamba-Nya akan dosa
yang dilakukan?
Pernahkah?
Waktu umurku 5 tahun, saat itu aku
pernah menangis karena berkelahi dengan teman sebayaku. Aku kalah. Aku menangis
bukan hanya karena kekalahanku, tapi karena aku takut Allah marah padaku.
Temanku itu muslim, dan menyakiti sesama muslim bukankah perbuatan yang
dilarang agama? Lalu dengan senyum yang menghangatkan sanubari, Ummi berkata,
“Allah itu Maha Pemaaf. Allah itu Maha
Pendengar. Allah itu tidak tidur”
Lalu aku tersenyum sambil menyeka
lelehan air mataku. Begitu hebat Tuhan yang aku sembah ini..
Tidak ada secuil penyesalanpun yang
luput dari hirauannya
Tidak ada satu pintu taubatpun yang
Ia tutup bagi hamba-Nya
Dia Allah..
Lalu,
bagaimana dengan kita?
Pernahkah sekali saja kita bener-benar
menyesal akan dosa dan hina yang sudah kita lakukan, berjanji untuk tidak
melakukannya lagi, dan bukan hanya sekedar janji?
Pernahkah sekali saja kita meghargai
kesediaan Allah untuk menjadi yang Maha Pemaaf dengan tidak terus menerus
bertaubat sekaligus terus menerus mengecewakannya lagi?
Pernahkah sesaat saja kita sadar
bahwasanya sudah puluhan taubat yang kita lakukan namun masih saja bisikan
setan menempati singgasana tertinggi dalam batin ini? Begitu lemahnya..
Pernahkah?
Allah itu Maha Pemaaf. Allah itu Maha
Pendengar. Allah itu tidak tidur
Tanamkanlah,
Jangan sedikitpun terbesit dalam
pikiranmu, naudzubillahimindzalik,
memanfaatkan sifat ke-Maha-an Allah tersebut. Melakukan dosa dalam masih
berbalutkan islam, bernafaskan kalimat dua syahadat, mengakui Muhammad sebagai
panutan. Setelah itu dengan mudahnya menyesal, bertaubat, lalu ketika datang
sang penghuni neraka membisiki kita dengan lantunan dan untaian kata yang menjerumuskan, apa yang kita lakukan
lagi? Berbuat dosa? Merasa bisa menyesal dan bertaubat kapan saja, karena Allah
masih Maha segalanya, termasuk Maha Pemaaf. Bukankah itu namanya eksploitasi
terhadap eksistensi sifat ke-Maha-an Allah?
Tulisan ini, tulisan yang bernafaskan
keisalaman namun menurut Saya bahkan menurut siapapun yang mungkin membacanya
sama sekali belum memenuhi standarisasi sebuah tulisan agamis yang biasanya
dipercantik dengan lantunan hadist dan potongan ayat suci. Saya memang bukan
spesialis penulis tulisan-tulisan islam, tulisan-tulisan yang bisa menggugah
keimanan seseorang, tulisan yang membuat hati bergetar mengingat Allah. Bukan..
namun ini hanya sebuah coretan hati
seorang hamba Allah yang cinta akan agamanya, cinta akan status
keislamannya, cinta akan Tuhannya..
Tulisan ini, bukan sebuah jari telunjuk yang mengarah kepada siapapun di
luar sana kecuali mengarah pada si penulis sendiri. Begitu banyak dosa dan
taubat yang diciptakan bersamaan, membuat diri ini terkadang merasa sangat
tidak pantas untuk lagi-lagi memohon ampun kepada Dia, sang Mahasempurna. Lalu
kalau sudah begitu, apa yang saya lakukan? Masa harus menjadi murtad kemudian
karena terlanjur malu untuk face to face
dengan Tuhan, memohon pengampunanNya. Tapi bukankah Allah itu maha segalanya,
termasuk maha pemaaf, bukan?
Jujur, dulu Saya sempat berpikiran
seperti itu.
Dan memang benar, Allah memang
benar-benar luar biasa, maha pemaaf, maha pengampun, begitu menumpuk kesalahan
yang saya buat tapi Ia masih membiarkan Saya menghirup udara segarnya,
memanjakan mata dengan pemandangan alam-Nya yang luar biasa, merasakan
kehangatan di tengah-tengah orang yang saya kasihi. Alhamdulillah..
Tapi Allah memberikan kita kesempatan
seperti itu bukian kita pergunakan untuk lagi-lagi menciptakan dosa-dosa baru
atau justru melestarikan dosa-dosa lama, kawan.. Allah memberikan kita begitu
banyak kesempatan untuk bisa menyadari, terbangun, bahwasanya kitapun masih
diberi kesempatan untuk membuktikan diri, bahwa kita sesungguhnya bisa menjadi
hamba-Nya yang baik, yang mampu belajar dari kesalahan masa lalu, yang merasa
cukup ‘sakit’ akan pukulan di masa lalu. Terus dan terus belajar dari
kesalahan, sehingga islam kita menjadi islam yang kaffah
Allah itu Maha Pemaaf. Allah itu Maha
Pendengar. Allah itu tidak tidur
Tidak ada secuil penyesalanpun yang
tidak Ia hargai
Tidak ada satu pintu taubatpun yang
Ia tutup bagi hamba-Nya
Dia Allah..
Lalu bagaimana dengan kita?
No comments:
Post a Comment