Indonesia diteror! Ya, seperti itu ketakutan yang muncul
di benak masyarakat, ketika mendengar kabar pada 2015 mendatang akan
diberlakukan Pasar Bebas ASEAN di setiap Negara yang tergabung dalam ASEAN (Association South East Asia Nation).
Mengapa teror? Di sinilah perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan
Pasar Bebas ASEAN.
Pasar Bebas ASEAN atau secara global lebih dikenal dengan
AFTA (Asean Free Trade Area) adalah
sebuah kesepakatan bersama yang dibuat oleh ASEAN Economic Community (AEC) mengenai sektor produksi lokal di seluruh
Negara ASEAN. (http://id.wikipedia.org/) artinya, Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN
akan menghadapi kebijakan baru tersebut. Pada AEC, bursa tenaga kerja akan
memasuki era pasar bebas, maka dapat dikatakan bahwa tenaga kerja Indonesia
bisa mencari pekerjaan di negara ASEAN; dan sebaliknya, tenaga kerja dari ASEAN
bebas bekerja di Indonesia.
Meningkatkan daya saing ASEAN
sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan non-bea
dalam ASEAN serta menarik investasi asing langsung ke ASEAN adalah poin-poin
yang menjadi visi dari diberlakukannya AFTA. Maka
tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi pusat komoditi yang unggul di
lingkup ASEAN, contohnya untuk komoditi otomotif, tekstil, dan rempah-rempah,
Namun faktanya? Sebagian ada yang menganggap AFTA sebuah peluang, namun tidak
sedikit yang mengatakan AFTA sebagai tantangan, bahkan rintangan. Bagaimana
bisa seperti itu?
"Kita
selalu terlambat merespons kerjasama internasional seperti AEC dan bekerja
menjelang deadline bahkan saat injury time, Padahal, tidak mudah menghadapi AEC,"
ucap Edi Suandi (Okezone). Terlebih ketika berbicara tentang kesiapan generasi
pemuda, kemudian timbul banyak hal yang harus dievaluasi dan dibenahi. Bukan
hal yang impossible berangkat dari
pembenahan pada sektor generasi muda, Indonesia mampu menghadapi AFTA pada
tahun 2015 nanti.
Selayaknya hujan yang turun, selain
menimbulkan keresahan, juga dapat menimbulkan manfaat yang besar apabila
dikelola dengan baik dan oleh tangan yang tepat, begitupun AFTA yang bisa saja
menjadi momok menakutkan bagi masyarakat apabila kedatangannya tidak diselaraskan
dengan perubahan yang komprehensif di Indonesia, khususnya generasi muda yang
merupakan salah satu tonggak keberhasilan tujuan Negara. Namun sebaliknya,
apabila tidak ada perubahan yang signifikan dan komprehensif terhadap sektor
pemudanya, maka Indonesia dipastikan akan sulit mengejar perubahan yg timbul
yang disebabkan oleh adanya pasar bebas ASEAN.
Berbicara mengenai permasalahan, bijaksana rasanya
apabila disertai oleh poin-poin yang bersifat solutif dan konstruktif. Berikut
gagasan yang penulis tuangkan mengenai persiapan generasi muda menghadapi Pasar
Bebas ASEAN 2015
1.
Menggiatkan
kewirausahaan. Pemerintah seharusnya memfasilitasi siapapun yang serius dalam
menggeluti kewirausahaan, karena selain menambah lapangan kerja, masyarakatpun
menjadi terlatih daya saing maupun kemandiriannya;
2.
Melakukan pendekatan nilai-nilai rohani dalam
penggabungan tiga aspek kecerdasan manusia (IQ, SQ, EQ);
3.
Sosialisasi
Pasar Bebas ASEAN bagi kalangan pemuda sebagai stimulus dalam meningkatkan
kapasitas diri, seperti diadakannya Workshop
and Training dalam rangka mengembangkan soft
skill, kompetisi, cipta karya, dll;
4.
Sebagai Agent
of change, moral force and social control pemuda juga perlu ditekankan
untuk menyadari secara penuh bahwa mereka adalah pemegang estafet pembangunan
masa depan.
Semoga ini menjadi
tahap awal pembentukan generasi yang siap menjadi garda depan nusa bangsa dalam
menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015. MAJU PEMUDA INDONESIA UNTUK PERADABAN LEBIH
BAIK!
No comments:
Post a Comment