200ribu?
CTAAAR!!
Duniaku runtuh, partikel-partikel kecil neraka jahannam
yang ada di atas sana, yang berabad-abad jauhnya seakan-akan jatuh menimpa atap
kamar kosanku. 200ribu. Dapat dari mana? Blekiman sakit. Printer canon MP287
hitam satu-satunya yang berhasil aku beli sendiri dari uang tabunganku ditambah
honor menjadi guru privatku itu sakit. Entah kenapa tintanya ga keluar. Cartridge
ga kedetect. Setelah berhasil dijamah dengan beberapa tangan handal yang secara
sukarela membantu proses penyembuhan Blekiman, ternyata tidak bertahan lama.
Ini serius. Blekiman harus mendapat perawatan medis. Dan setelah didiagnosa di
sebuah kios service computer stuffs yang bernama Sinar L****r, Blekiman sakit
serius. Ouch! Padahal Blekiman baru berusia 3 bulan setelah aku gendong dengan
mesranya keluar dari BEC L
cartridge colournya ga kedetect. Di dalem cartridge terjadi musibah banjir
tinta. Mungkin karena aku pernah –secara tidak sengaja- memposisikan si infusan
lebih tinggi dari Blekiman –tentu saja dengan ketidaktahuanku- sebenarnya
tujuannya supaya si tinta yang mampet di selang infusan mengalir ke
cartridgenya dengan lancar. Karena secara teoritis yaaa air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Ya kan? Correct! Dan aliran air yang mengalir dari tempat yang
lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah itu juga alamiahnya tidak bisa mengontrol sendiri laju
kecepatan dan debit airnya bila tidak ada variabel yang menahannya. Begitpun
pada kasus tinta dan blekiman. Serously, tinta yang mengalir di cartridge pun
tidak terkontrol dan BYAAARR!! Banjir seketika. Oke oke, my bad.
“200ribu, teh
buat ganti cartridge sekalian dipasangin. Ini udah saya bersihin tinta yang
keluarnya. Ada garansi sebulan juga teh”
Dan blablabla kalimat persuasi penuh iming-iming
terlontar dari mulut si bapak tukang service. Yah, sepanjang dan sebagus apapun
kalimat itu selama masih ada kata-kata yang berbau 200ribu, aku tetap hanya
bisa menutup telinga. Dari mana? Kebetulan aku sudah resign dari tempatku
mengajar sekarang. Resign? Seberani itukah? Ya sebenarnya banyak sekali keluhan
bombastis mengenai lembaga privat tempat aku menggali lubang, mengeruk sesuatu
demi menutup lubang-lubang kebutuhan primer maupun sekunderku ini. Ada yang
aneh. Banyak sekali yang tidak selaras dengan pernyataan di kontrak kerja. Aku
seperti berdiri di atas lahan abu-abu tempatku memperoleh penghasilan. Hmm
namun, kali ini aku tidak ingin membahas apapun terkecuali Blekiman.
Lalu bagaimana nasib Blekiman selanjutnya?
Apakah Blekiman harus stay tune di kios tersebut sementara
aku orangtuanya yang single parent
pergi ke sana ke mari mencari 200ribu demi menebus Blekiman? Oke sebenarnya
agak hiperbolis sih melongok kalimatku sebelumnya. Blekiman tentu saja bisa
diambil, karena alhamdulillah karena sifat over protektif dengan isi dompet
(baca: pelit) aku enggan mempersilahkan apapun di dalam Blekiman diganti
sebelum persetujuan denganku. Maka sebelum cartridgenya diganti, si service-man
menghubungiku, meminta persetujuanku. Tentu saja aku menolak. Meskipun ada uang
200ribu sisa gaji terakhirku, aku tetap merasa pasti Allah masih menyediakan
jalan alternatif yang layak buat anak kostan sepertiku.
Ditemani Aa, aku membawa Blekiman ke sebuah tempat yang
isinya ikhwan-ikhwan yang terlihat sangat cerdas dan religius. Bukan, Blekiman
bukan mau diruqyah atau dibekam di sana. Blekiman mau aku cek lagi. Ternyata
kata si mas-mas Ikhwan, Blekiman ga perlu ganti cartridge. Maksudnya ga
perlu-perlu banget. Karena kerusakan Blekiman ga segitu parahnya. Nah, sekarang
Allah menunjukkan keadilannya. Lihat ini, hey serviceman Sinar L****r. Kata
mas-masnya, Blekiman emang bermasalah, tapi bisa diatasi dengan diapet, eh
salah maksudnya dengan merubah settingannya setiap kali mau ngeprint. Trus
setelah dianalisa kembali, si Blekiman harus bener-bener diperhatiin makannya,
minumnya, tidurnya, eh ngga maksudnya mah diperhatiin pemakaiannya. Setiap hari
minimal harus dipake ngeprint 1x. Kalo mau ditinggal-tinggal, ya misalnya
ditinggal keluar negeri atau luar angkasa gitu si selang infusnya harus
dijepit. Hihi dijepit? Lu kira jemuran
dijepit -_-
Makasih mas-mas ikhwan J pas aku nanya biaya
analisanya si mas-mas malah bilang “terserah tetehnya aja” sambil senyum-senyum
malu gitu. Aku bayar 20.000 rupiah pun si mas-masnya keliatan seneng banget
“ditampi ya teh” eeeh mas-masnya senyum lagi.
Alhamdulillah wasyukurillah. Satu lagi nikmatNya yang
aku terima. Terimakasih juga buat Aa yang ngelarang aku habis-habisan di saat
tergoda buat ganti cartridge. Makasih juga buat Supri (motor supra aa) mau
anterin aku kesana-kesini bawa-bawa Blekiman J
Dan buat anakku, Blekiman, temani ibu ya, Nak sampai
setidaknya nanti ibu selesai skripsi atau sampai ibu mampu mengcovermu di kala
kamu sudah tidak bisa menema ibu lagi. Yang jelas, keep running those cartridges!sdadd