Saturday, 19 January 2013

Blekiman


200ribu?

CTAAAR!!

Duniaku runtuh, partikel-partikel kecil neraka jahannam yang ada di atas sana, yang berabad-abad jauhnya seakan-akan jatuh menimpa atap kamar kosanku. 200ribu. Dapat dari mana? Blekiman sakit. Printer canon MP287 hitam satu-satunya yang berhasil aku beli sendiri dari uang tabunganku ditambah honor menjadi guru privatku itu sakit. Entah kenapa tintanya ga keluar. Cartridge ga kedetect. Setelah berhasil dijamah dengan beberapa tangan handal yang secara sukarela membantu proses penyembuhan Blekiman, ternyata tidak bertahan lama. Ini serius. Blekiman harus mendapat perawatan medis. Dan setelah didiagnosa di sebuah kios service computer stuffs yang bernama Sinar L****r, Blekiman sakit serius. Ouch! Padahal Blekiman baru berusia 3 bulan setelah aku gendong dengan mesranya keluar dari BEC L cartridge colournya ga kedetect. Di dalem cartridge terjadi musibah banjir tinta. Mungkin karena aku pernah –secara tidak sengaja- memposisikan si infusan lebih tinggi dari Blekiman –tentu saja dengan ketidaktahuanku- sebenarnya tujuannya supaya si tinta yang mampet di selang infusan mengalir ke cartridgenya dengan lancar. Karena secara teoritis yaaa air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Ya kan? Correct! Dan aliran air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah itu juga  alamiahnya tidak bisa mengontrol sendiri laju kecepatan dan debit airnya bila tidak ada variabel yang menahannya. Begitpun pada kasus tinta dan blekiman. Serously, tinta yang mengalir di cartridge pun tidak terkontrol dan BYAAARR!! Banjir seketika. Oke oke, my bad.

“200ribu, teh buat ganti cartridge sekalian dipasangin. Ini udah saya bersihin tinta yang keluarnya. Ada garansi sebulan juga teh”

Dan blablabla kalimat persuasi penuh iming-iming terlontar dari mulut si bapak tukang service. Yah, sepanjang dan sebagus apapun kalimat itu selama masih ada kata-kata yang berbau 200ribu, aku tetap hanya bisa menutup telinga. Dari mana? Kebetulan aku sudah resign dari tempatku mengajar sekarang. Resign? Seberani itukah? Ya sebenarnya banyak sekali keluhan bombastis mengenai lembaga privat tempat aku menggali lubang, mengeruk sesuatu demi menutup lubang-lubang kebutuhan primer maupun sekunderku ini. Ada yang aneh. Banyak sekali yang tidak selaras dengan pernyataan di kontrak kerja. Aku seperti berdiri di atas lahan abu-abu tempatku memperoleh penghasilan. Hmm namun, kali ini aku tidak ingin membahas apapun terkecuali Blekiman.

Lalu bagaimana nasib Blekiman selanjutnya?

Apakah Blekiman harus stay tune di kios tersebut sementara aku orangtuanya yang single parent pergi ke sana ke mari mencari 200ribu demi menebus Blekiman? Oke sebenarnya agak hiperbolis sih melongok kalimatku sebelumnya. Blekiman tentu saja bisa diambil, karena alhamdulillah karena sifat over protektif dengan isi dompet (baca: pelit) aku enggan mempersilahkan apapun di dalam Blekiman diganti sebelum persetujuan denganku. Maka sebelum cartridgenya diganti, si service-man menghubungiku, meminta persetujuanku. Tentu saja aku menolak. Meskipun ada uang 200ribu sisa gaji terakhirku, aku tetap merasa pasti Allah masih menyediakan jalan alternatif yang layak buat anak kostan sepertiku.

Ditemani Aa, aku membawa Blekiman ke sebuah tempat yang isinya ikhwan-ikhwan yang terlihat sangat cerdas dan religius. Bukan, Blekiman bukan mau diruqyah atau dibekam di sana. Blekiman mau aku cek lagi. Ternyata kata si mas-mas Ikhwan, Blekiman ga perlu ganti cartridge. Maksudnya ga perlu-perlu banget. Karena kerusakan Blekiman ga segitu parahnya. Nah, sekarang Allah menunjukkan keadilannya. Lihat ini, hey serviceman Sinar L****r. Kata mas-masnya, Blekiman emang bermasalah, tapi bisa diatasi dengan diapet, eh salah maksudnya dengan merubah settingannya setiap kali mau ngeprint. Trus setelah dianalisa kembali, si Blekiman harus bener-bener diperhatiin makannya, minumnya, tidurnya, eh ngga maksudnya mah diperhatiin pemakaiannya. Setiap hari minimal harus dipake ngeprint 1x. Kalo mau ditinggal-tinggal, ya misalnya ditinggal keluar negeri atau luar angkasa gitu si selang infusnya harus dijepit. Hihi dijepit? Lu kira jemuran dijepit -_-

Makasih mas-mas ikhwan J pas aku nanya biaya analisanya si mas-mas malah bilang “terserah tetehnya aja” sambil senyum-senyum malu gitu. Aku bayar 20.000 rupiah pun si mas-masnya keliatan seneng banget “ditampi ya teh” eeeh mas-masnya senyum lagi.

Alhamdulillah wasyukurillah. Satu lagi nikmatNya yang aku terima. Terimakasih juga buat Aa yang ngelarang aku habis-habisan di saat tergoda buat ganti cartridge. Makasih juga buat Supri (motor supra aa) mau anterin aku kesana-kesini bawa-bawa Blekiman J

Dan buat anakku, Blekiman, temani ibu ya, Nak sampai setidaknya nanti ibu selesai skripsi atau sampai ibu mampu mengcovermu di kala kamu sudah tidak bisa menema ibu lagi. Yang jelas, keep running those cartridges!sdadd